Hati yang Bening, Hati yang Bersinar



[postlink]http://gillaullikcreation.blogspot.com/2010/02/hati-yang-bening-hati-yang-bersinar.html[/postlink]Hati manusia diibaratkan bagaikan cermin yang mampu memantulkan cahaya yang jatuh diatasnya. Cermin yang dihadapkan pada sumber cahaya seperti matahari akan memantulkan kembali cahaya matahari tersebut, hingga ia akan bersinar terang bagaikan matahari pula. Namun jika cermin itu dipenuhi debu, kotoran dan berbagai noda hitam yang tidak pernah dibersihkan, cermin itu akan menjadi gelap pekat hingga tidak mampu memantulkan cahaya matahari yang jatuh diatasnya. Demikian pula jika cermin itu dipalingkan menyamping atau membelakangi matahari, maka cermin tersebut juga tidak akan mampu memantulkan sinar matahari yang jatuh diatasnya.





Demikian pula halnya dengan hati manusia, setiap saat Allah menyinari hati manusia dengan Nur (Cahaya) Nya. Ada hati yang mampu memantulkan cahaya Ilahi itu dan bersinar terang menerangi diri dan lingkungannya, namun banyak pula hati yang tidak mampu memantulkan Nur Ilahi yang datang padanya. Hati tersebut gelap pekat, membawa kegelapan bagi diri dan lingkungannya. Allah telah mengunci mati hati yang gelap pekat tersebut sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 7 :
al-baqarah-7
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)

Ada dua hal yang menyebabkan hati manusia gelap pekat tidak mampu memantulkan cahaya Ilahi yang menyinari hatinya. Pertama hati itu dipenuhi debu, kotoran dan noda hitam akibat dosa dan perbuatan maksiat yang dilakukannya, sehingga hati tersebut menjadi hitam legam dan tidak mampu memantulkan cahaya yang datang padanya. Kedua, hati tersebut tidak mendapat cahaya dari Ilahi karena hati tersebut berpaling tidak menghadap pada sumber cahaya Ilahi yang datang padanya. Hati tersebut mungkin menyerong, menyamping atau bahkan membelakangi sumber cahaya Ilahi yang mendatanginya, sehingga cahaya Ilahi tidak mengenai permukaan hati tersebut. Walaupun hati tersebut bersih dari perbuatan dosa dan maksiat, namun ia tetap gelap tidak mampu memberi cahaya bagi diri dan lingkungannya karena memang tidak ada cahaya yang bisa dipantulkan kembali oleh hati tersebut.

Allah sumber cahaya yang menerangi
Allah adalah sumber cahaya yang menerangi alam semesta, menerangi langit dan bumi, menerangi kehidupan manusia, menerangi hati yang dalam kegelapan. Allah menjelaskan hal tersebut dalam surat An Nur ayat 35 :
annur-35
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nur 35)

Orang yang selalu menghadapkan hati dan fikirannya kepada Allah yang maha Tinggi dan terus menerus berusaha membersihkan hatinya dari berbagai kotoran yang datang setiap saat, niscaya hatinya akan bersinar cemerlang dengan cahaya Ilahi. Hatinya memantulkan serta memancarkan Nur (cahaya) Ilahi yang diterimanya menerangi kehidupan serta lingkungan tempat dia berada. Namun orang yang memalingkan hati dan fikirannya dari menghadap Allah, dan membiarkan berbagai kotoran bertumpuk menutupi hatinya, tidak akan pernah mendapat cahaya Ilahi. Hatinya gelap pekat demikian pula hidupnya berada dalam kegelapan dan ketidak pastian, ia tidak mampu menerangi dirinya sendiri apalagi menerangi lingkungan hidupnya.